Pada usia ketiga puluh enam, Paul Kalanithi merasa suratan nasibnya berjalan begitu sempurna. Paul hampir saja menyelesaikan masa pelatihan luar biasa panjangnya sebagai ahli bedah saraf selama sepuluh tahun.
Sebagai wacana, karya sastra tidak berbeda dengan wacana-wacana lainnya, selalu hadir dalam dialektika teks konteksualitas, yaitu karya sastra merupakan representasi ideologi pengarangnya dalam mempresepsi kelompok sosial masyarakat (subjek-kolektif).
Untuk menulis, seseorang tidak harus berlabel, cerpenis, novelis, sastrawan, budayawan, nahkan wartawan.
"Tidak ada kalimat yang sempurna. Sama seperti tidak ada keputusasaan yang sempurna"
"Cintai dia sebelum kau nikahi dia-sebesar dia mencitaimu"
"Alangkah berbhayanya musim semi. Ketika bunga-bunga bermekaran, hati manusia pun menjadi bungah, menjadi lahan subur untuk menumbuhkan cinta"
Chairil anwar pernah menulis puisi berjudul "Aku". Dalam puisi itu dia antara lain Menulis: Kalau sampai waktuku/ku mau tak seorangpun kan merayu/tidak juga kau. Apa yang disiratkan oleh bait puisi ini adalah nasehat.